Harga Batu Bara Ngamuk di Mana-Mana, Pabrik Tekstil Bingung!
CNBKEPRI.COM – Selain industri semen, pelaku usaha tekstil juga mengeluhkan meroketnya harga batu bara. Industri ini tertekan tak hanya karena ongkos produksi yang melonjak karena naiknya harga batu bara, tapi juga karena kenaikan beban biaya impor bahan baku yang juga naik akibat hal yang sama.
“Dampaknya serius kepada industri tekstil, karena bukan hanya komponen harga produksi naik, tapi bahan baku impor juga naik 40% karena krisis energi yang terjadi di China dan India. Ujungnya kita kebingungan,” Kata Ketua Dewan penasihat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat, kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (25/10/2021).
Pelaku usaha saat ini bingung, karena bila harga jual dipatok mengikuti kenaikan harga bahan baku, tentu produk akan sulit diserap pasar dalam negeri. Banyak pabrik yang masih bisa memproduksi produk tekstil, namun ditakutkan tidak terjual.
“Kita bisa memproduksi tapi tidak bisa menjual, ini mengancam eksistensi dalam jangka pendek,” jelasnya.
Ade meminta ada intervensi dari pemerintah untuk mengatasi persoalan ini. Khususnya Kementerian Perindustrian dan Kementerian ESDM, untuk membuat Domestik Market Obligation (DMO) batu bara untuk industri dalam negeri. Menurut Ade, akan berat mempertahankan industri tekstil dalam situasi seperti saat ini. (*)