Ini Sosok Keras di Balik Manuver Taliban Menaklukan Afghanistan
CNBKEPRI.COM – Sosok keras bernama Abdul Ghani Baradar muncul permukaan setelah dia melangkahkan kakinya menuju istana kepresidenan Afghanistan pada Minggu (15/8).
Baradar adalah pemimpin Taliban yang dipenjara di Pakistan. Namun atas permintaan Amerika Serikat pada pada 2018 bisa melenggang dan menghirup kebebasan.
Di bawah pimpinannya, Taliban berhasil menguasai Afghanistan dalam waktu satu minggu, sekaligus menjadikannya sebagai pemenang setelah upaya panjang selama 20 tahun.
Baradar lahir di provinsi Uruzgan Afghanistan pada tahun 1968, dan dibesarkan di Kandahar — tempat kelahiran gerakan Taliban.
Seperti kebanyakan orang Afghanistan, kehidupan Baradar selamanya terpengaruh oleh invasi Soviet ke negara itu pada akhir 1970-an, yang mengubahnya menjadi pemberontak.
Dia diyakini telah berperang berdampingan dengan ulama bermata satu, Mullah Omar, komandan mujahidin Afghanistan yang kemudian memimpin kelompok pemberontak ketika mendirikan Imarah Islam Afghanistan pada tahun 1996.
Keduanya kemudian mendirikan Gerakan Taliban di awal 1990-an, di tengah kekacauan dan korupsi perang saudara yang meletus setelah penarikan Soviet.
Dengan invasi AS dan runtuhnya Taliban pada tahun 2001, Baradar bersembunyi, dan dikatakan tetap aktif dalam kepemimpinan Taliban di pengasingan.
Pada saat yang sama, Baradar diyakini berada di antara sekelompok kecil pemberontak yang mendekati pemimpin sementara Afghanistan Hamid Karzai.
Dia menulis sebuah surat kepada Karzai yang menguraikan kesepakatan potensial yang akan membuat para militan mengakui pemerintahan baru.
Ditangkap di Pakistan pada 2010, Baradar ditahan, sampai tekanan dari Amerika Serikat membuatnya dibebaskan pada 2018 dan dipindahkan ke Qatar.
Di situlah dia ditunjuk sebagai kepala kantor politik Taliban, dan mengawasi penandatanganan perjanjian penarikan dengan Amerika.
Pada Februari 2020, Baradar hadir selama penandatanganan Perjanjian Doha, di mana AS akan menarik pasukannya.
Sebagai imbalannya, Taliban berjanji untuk tidak membiarkan ekstremis menggunakan negara itu sebagai tempat pementasan untuk menyerang AS atau sekutunya.
Para pemberontak menunggu sampai sebagian besar pasukan AS telah meninggalkan Afghanistan sebelum memulai serangan untuk mengambil alih negara itu.
Dalam kekalahan yang menakjubkan, Taliban merebut hampir seluruh Afghanistan hanya dalam waktu seminggu.
Padahal miliaran dolar dihabiskan oleh AS dan NATO selama hampir 20 tahun untuk membangun pasukan keamanan Afghanistan.
Taliban menyapu ibu kota Afghanistan pada hari Minggu, setelah pemerintah runtuh dan presiden yang diperangi telah bergabung dengan eksodus sesama warga dan orang asing.
Baradar sekarang adalah presiden de facto Imarah Islam Afghanistan yang baru dideklarasikan.(*)