Membaca Peta Bisnis Oksigen di Indonesia
Cnbkepri.com – Oksigen tabung tiba-tiba banyak diburu masyarakat dalam beberapa pekan terakhir. Lonjakan kasus covid-19 yang berimbas pada penuhnya rumah sakit membuat publik mencarinya untuk perawatan mandiri di rumah.
Kenaikan permintaan membuat pasokan menjadi langka dan menyulitkan petugas medis untuk menangani pasien yang saturasi oksigennya turun. Kondisi ini berbahaya sebab pasien yang terlambat mendapat bantuan pernapasan dengan oksigen tabung bisa berujung kematian.
Untuk itu, pemerintah akhirnya memutuskan mengimpor tabung oksigen dari negara tetangga. Lantas bagaimana sebenarnya bisnis oksigen tabung di Indonesia?
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan kapasitas produksi oksigen nasional sebenarnya 866 ribu ton per tahun. Namun, karena utilisasi semua pabrik sekarang hanya 75 persen, jumlah produksi riil nasional hanya 640 ribu ton per tahun.
Dari total tersebut, 75 persen oksigen itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan beberapa industri baja dan nikel. “Kuota kebutuhan medis hanya 25 persen atau 181 ribu ton per tahun,” jelasnya.
Budi juga mengaku telah membahasnya dengan Kementerian Perindustrian. Kedua kementerian sepakat agar 90 persen atau 575 ribu ton oksigen yang menjadi jatah industri diberikan ke medis demi memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Nantinya, oksigen akan dipasok ke sejumlah rumah sakit di Pulau Jawa khususnya Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Sementara, Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Indrasari Wisnu Wardhana mencatat Indonesia selalu impor oksigen sejak 2016 hingga April 2021. Jumlahnya mencapai lebih dari 3.000 ton pada 2016 dan 2017 lalu.
Ia merinci, jumlah impor oksigen 3.631 ton pada 2016 dan 3.886 ton pada 2017. Kemudian, turun menjadi 2.319 ton pada 2018. Angkanya semakin turun pada 2019 dan 2020 di mana Indonesia hanya mengimpor 1.724 ton dan 1.258 ton.
Terakhir, Indonesia mengimpor 528 ton oksigen pada Januari-April 2021. Angkanya naik dari periode yang sama tahun lalu, 450 ton oksigen.
Menurut Wisnu, Singapura menjadi negara pemasok utama oksigen ke Indonesia tahun lalu, yakni 99,5 persen. Kemudian, sisanya dipenuhi dari Amerika Serikat (AS) dan China.
Ketua Komite Pengarah Asosiasi Gas Industri Indonesia (AGII) Rachmat Harsono mengatakan produksi oksigen tabung di Indonesia sebenarnya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Rachmat menyebut produksi sudah mencapai 1.700 ton per hari jauh di atas rata-rata produksi yang disebut Menkes Budi. Sekitar 70 persen di antaranya diarahkan untuk kebutuhan industri sementara sisanya untuk kebutuhan medis dan lain-lain.
“Sudah selama setahun ini hampir 1.700 ton per hari semua produsen seluruh Indonesia. Biasanya 70 persen untuk industri, 30 persen medis tapi karena lonjakan signifikan tentunya ada adjustment,” tuturnya.
Presiden Direktur PT Aneka Gas Industri itu juga mengatakan kebutuhan gas medis meningkat sejak November 2020. Lonjakan signifikan terjadi pada Januari 2021 lalu seiring dengan meningkatnya kasus harian covid-19.
“Sampai-sampai di beberapa provinsi yang kekurangan diminta pemprov untuk mensuplai. Jadi Januari kebutuhan mengalami peningkatan sangat pesat,” tuturnya.
Meski demikian ia menilai rencana impor yang disampaikan pemerintah wajar mengingat kebutuhan oksigen di tengah peningkatan kasus covid-19 sangat mendesak.
“Pemerintah kan enggak mau juga pastinya kalau masyarakat dan rumah sakit sampai kesulitan ketika kasus sedang tinggi,” tandasnya.