Sejarah Musik Tradisional Kompang di Desa Majelis Hidayah Kuala Jambi
Penulis : I Dewa Bayu Agastya
(Peserta KKN Kebangsaan Posko XIX)Prodi Karawitan
CNBKEPRI.COM – Secara umum, pengertian musik tradisoinal adalah musik yang lahir dan berkembang di suatu daerah tertentu serta memiliki keterkaitan dengan adat serta tradisi di wilayahnya.
Setiap tradisi adat pada suatu wilayah di Indonesia memiliki keberagaman seni baik, itu dari seni musik, seni tari, seni kerajinan dan banyak yang lainnya. Kesenian ini di warisi secara turun temurun dengan metode pembelajaran yang cenderung langsung ke praktek atau secara lisan.
Ciri-ciri kesenian daerah adalah menggunakan bahasa daerahnya sendiri sebagai metode pembelajaran serta menggunakan bahasa daerahnya sebagai lirik maupun sebutan dari suatu nada pada instrumentnya.
Kesenian Tradisional pasti memiliki ke khasannya tersendiri serta cenderung maknanya di mengerti oleh orang yang ada di daerahnya.
Majelis Hidayah merupakan sebuah desa yang terletak di daerah kecamatan Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, Indonesia, Desa ini memiliki kesenian musik serta Tari tradisoinal. Kedua kesenian ini memiliki kaitannya dengan tradisi adat yang lestari hingga hari ini.
Kedua kesenian ini memiliki sejarah yang panjang baik itu dari seni tari maupun seni musik. Untuk lebih spesifik penulis mencoba menulis Sejarah Musik Kompang serta perkembangannya dari generasi ke genarasi hingga lestari sampai hari ini.
Seni adalah sesuatu yang sifatnya universal, atau dengan kata lain seni dapat diterima dan dinikmati oleh siapa saja dan di mana saja. Seni Musik Tradisional Kompang berkembang di banyak wilayah Indonesia dengan nuansa ke-Islaman sebagai nafasnya.
Kesenian musik Kompang/ Kompangan yang berada di wilayah Desa Majelis Hidayah memiliki umur yang tergolong tua. Musik Kompang di desa ini diperkenalkan oleh tokoh seniman yang bernama Alm. Paman Mahlil, beliau memperkenalkan musik kompang yang awal mulanya berada di daerah Kuala Jambi ke desa desa Majelis Hidayah yang sebelumnya Desa Muara Jambi dengan Desa majelis Hidayah merupakan satu kesatuan desa yang utuh, dan di wilayah yang luas desa majelis Hidayah memutuskan untuk membentuk wilayahnya sendiri.
Disinilah peran Paman Mahlil membawa sekaligus memperkenalkan musik Kompang di Desa Majelis Hidayah.
Awal pembentukan grup musik daerah ini sangat di apresiasi oleh masyarakat sehingga dalam setiap acara adat harus menggunakan musik Kompang, konon jika ada upacara adat yang bernuansa bahagia (nikahan) tidak menggunakan musik Kompang ini, upacara tersebut menjadi upacara yang tabu, atau kosong ( tidak memiliki aura).
Musisi sekaligus narasumber bernama Sarony yang lahir 24 maret 1995 mengatakan bahwa dirinya sudah ikut memainkan alat musik Kompang sejak di bangku sekolah dasar.
Dilihat dari tahun lahirnya narasumber sampai saat ini sudah berumur 26 tahun dan menjadi generasi ke 6 dari musik Kompang di desa Majelis Hidayah dengan nama group musiknya yaitu Istigfar.
Artinya jika rata-rata pemain musik terdahulu memainkan alat musik sejak sekolah dasar yaitu umur 12 tahun dan masih memainkannya pada umur 26 tahun kesenian musik Kompang ini kira-kira umurnya sudah mencapai 84 tahun dari 6 generasi yang berbeda zaman.
Musik Kompangan sendiri memiliki 8-9 buah instrument dengan masing- masing instrument memiliki warna suara yang berbeda.
Perbedaan Kompangan dengan beberapa jenis alat musik perkusi yang memainkannya di pukul (tergolong ke Membranofoni) seperti contohnya Rebana terletak pada perbedaan kualitas kulitnya.
Sedangkan Rebana cenderung menggunakan kulit sapi yang sedikit tipis dan teknik permainannya cenderung memakai tempo yang tidak terlalu cepat. Lain halnya dengan kompangan yang memiliki permukaan kulit tebal serta teknik permainannya memakai tempo yang lumayan cepat dan energik.
Teknik pukulan pada instrument Kompangan yang ada di Desa Majelis Hidayah ini di bagi menjadi 3 yaitu :
- Teknik pukulan Jambi
- Teknik pukulan Palembang
- Teknik Pukulan Yahyum
Ketiga teknik pukulan ini mempunyai keterkaitan atau pakem (aturan) pada setiap lirik vocal yang di sajikan. Musik Kompangan di Desa Majelis Hidayah ini berkembang menjadi musik yang bernafas Ke Islaman dengan mengkolaborasikan seni vocal dengan bahasa dari liriknya menggunakan bahasa Arab serta Melayu.
Selain sebagai seni pertunjukan musik, kompangan juga berfungsi untuk mengiringi tari silat khas melayu yang bernama silat Sinding, tarian ini biasanya di pentaskan pada saat upacara pernikahan.
Menurut narasumber kedua yaitu Akbar, Kesenian beladiri silat Sinding ini fungsinya seperti kesenian palang pintu yang berkembang di suku Betawi, Dalam prosesi adat disini.
Jawara yang bertindak sebagai perwakilan mempelai laki-laki dan perempuan akan saling menunjukan kemampuan memperagakan gerakan silat dan melontarkan pantun satu sama lain.
Setelah menunjukkan beberapa gerakan silat dan saling berbalas pantun, baru rombongan mempelai pria bisa masuk ke area rumah mempelai perempuan untuk melanjutkan prosesi pernikahan atau sebaliknya.
Musik Kompangan yang menjadi pengiring untuk silat ini memiliki fungsi sebagai penyemangat dengan memberi aksen pada setiap gerakan silat yang di tampilkan.
Saat ini musik Kompang di desa Majelis Hidayah mengalami perkembang dengan menambah beberapa instrument alat musik modern yaitu bass drum. Hal ini terjadi karena musisi dari Musik Kompang ini sudah diminati oleh anak-anak hingga remaja.
Namun yang menjadi kendala pelestarian musik Kompang di desa ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya rasa saling memiliki. Hal tersebut menjadikan grup musik ini kesulitan untuk berlatih dikarenakan protes warga sekitar yang alasannya karena menimbulkan kebisingan.
Artikel ini di dukung oleh Dosen Pemimbing Akademik ISI Denpasar Bapak Tri Haryanto. Setelah terselesaikannya karya penulisan artikel ini, diharapkan karya penulisan ini dapat diterima dan membantu perkembangan seni Musik Kompang di Desa Majelis Hidayah.
Serta dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan dapat menjadi motivasi untuk melestarikannya lebih lanjut. Semoga dengan artikel ini dapat mengembangkan apresiasi seni dikalangan mereka yang tertarik dan ingin belajar tentang Musik Kompang, serta masyarakat pada umumnya. (*)