Proses Belajar Mengajar Secara DARING Tidak Semua Efektif Bagi Daerah Lemah Koneksi
Penulis : Korisnur Cahyono, Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji
CNBKEPRI.COM – Sudah berjalan 1 tahun 4 bulan setelah ditetapkannya proses belajar mengajar secara DARING (Dalam Jaringan ) tepatnya pada bulan maret 2020 lalu, yang mulanya secara tatap muka didalam ruangan belajar.
Berawal dari virus yang berasal dari negara china yang bernama Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Hingga membuat beberapa negara menetapkan kebijakan untuk memberlakukan lokcdown, namun tidak dengan indonesia hanya menetapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), dan kemudian berlanjut dengan istilah PPKM Level 4 akan berakhir pada 08 agustus 2021 nanti.
Dalam pembatasan kegiatan masyarakat semenjak pandemi melanda indonesia dan negara lainnya, hampir seluruh sekolah menerapkan sistem proses belajar mengajar secara DARING (Dalam Jaringan) untuk mengurangi kasus dan pencegahan tertularnya virus COVID-19 yang melanda kita saat ini.
Pembelajaran secara DARING (Dalam Jaringan) merupakan sejarah bagi indonesia yang belum pernah di lakukan sebelumnya dalam proses belajar mengajar. Transisi proses belajar mengajar dari tatap muka ke DARING (Dalam Jaringan) itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Proses adaptasinnya tidak mudah bahkan memakan waktu yang relatif lama untuk akhirnya bisa menikmati belajar secara DARING tersebut.
Tidak banyak sekolah ataupun Universitas yang siap dengan transisi proses belajar mengajar melalui jarak jauh. Pada saat awal hingga saat ini pun siswa dan mahasiswa hanya memanfaatkan teknologi pribadi yang dimiliki seperti ponsel maupun PC yang mereka miliki.
Dalam pembelajaran jarak jauh/DARING (Dalam Jaringan) tentu perlu dibutuhkan perangkat berupa ponsel atau PC serta ditambah dengan kuota internet dan juga jaringan koneksi yang relatif bagus guna mendukung proses belajar mengajar.
Aplikasi yang sering digunakan dalam pembelajaran jarak jauh seperti, Zoom, Google Meet, dan banyak lagi aplikasi yang digunakan oleh pengajar.
Namun dukungan pada tekhnologi tersebut punya permasalahan yang sering terjadi dalam belajar mengajar jarak jauh, diantaranya kendala koneksi jaringan, kuota internet, dan juga ada beberapa siswa yang tidak memiliki perangkat seperti ponsel maupun PC, sehingga itu adalah salah satu hambatan dalam proses belajar mengajar.
Selanjutnya yang kemudian menjadi pertanyaan apakah dari proses belajar secara DARING itu maksimal?.
Terkadang menurut saya sendiri belajar hanya menatap layar HP/PC membuat tidak terlalu maksimal dalam menyimak apa yang disampaikan oleh guru/dosen saat mengajar, dan ada juga yang hanya memberikan materi melalui Grup WA, namun selanjutnya tanpa ada solusi apa yang harus dikerjakan.
Ada juga tipe guru/dosen yang perhatian dalam memberikan materi walaupun secara daring tapi penyampaian yang diberikan pada materi itu dengan hikmat, serasa seperti pembelajaran secara tatap muka kepada siswa/mahasiswanya.
Kebanyakan juga guru/dosen yang mengaku bahwasanya sistem pembelajaran secara daring ini tidak seefektif kegiatan pembelajaran konvensional (tatap muka langsung), dikarenakan ada beberapa materi itu harus dijelaksan secara lansung dan lebih lengkap. Dengan demikian walaupun itu merupakan salah satu kendala dalam proses belajar mengajar untuk saat ini, namun guru/dosen/siswa/mahasiswa dituntut untuk beralih ke DARING seluruhnya tidak ada kata untuk menolak.
Jika ditelusuri kota-kota atau kabupaten besar memiliki daya koneksi internet lebih kuat, mungkin beralih ke pembelajaran secara virtual dengan menggunakan aplikasi meeting seperti Zoom, google meet dan lainnya yang bersifat panggilan video. Namun tidak dengan tempat daerah yang lemah akan koneksi internet, jangankan untuk meeting terkadang untuk melakukan panggilan saja sulit dan harus pergi ke puncak gunung atau tempat yang lebih tinggi untuk mendapatkan jaringan koneksi.
Sebagian aplikasi tersebut memang cukup efektif untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh, namun hanya untuk daerah tertentu saja terkecuali daerah terpencil. Dengan pertimbangan kelebihan dan kekurangan dari beberapa aplikasi tersebut.
Salah satu aplikasi yang cukup efektif bagi daerah yang sulit untuk mendapatkan jaringan koneksi, yaitu aplikasi whatsapp yang bisa digunakan untuk proses belajar secara DARING
Whatsapp juga bisa digunakan sebagai media pembelajaran yang interaktif. Fitur yang terdapat pada whatsapp bukan hanya mengirim pesan dalam bentuk text, namun juga bisa melakukan panggilan video tetapi jumlah participan yang terbatas.
Dengan demikian semua fenomena yang telah ditemukan dalam belajar jarak jauh ini ada dua sisi positif dan juga negatif. Dengan kata lain bisa dibilang efektif dan juga tidak efektif.
Alhasil, banyak ditemukan kasus dari siswa yang menerima materi pembelajaran secara DARING tidak paham apa yang disampaikan oleh guru/dosen.
Kita semua berharap kedepan, jangan sampai pembelajaran DARING membuat siswa bukan malah pintar tapi sebaliknya. Solusinya pembelajaran DARING bisa efektif, kembali lagi pada semangat individu baik guru/dosen sebagi pengajar dan juga siswa/mahasiswa sebagai yang di ajarkan ilmu nya sesuai bidang masing-masing. (*)